RAGAM
MENYIMAK
1.
MENYIMAK EKSTENSIF
Menyimak ekstensif
(extensive listening) adalah jenis menyimak yang mengenai hal-hal yang lebih
umum dan lebih bebas terhadap suatu ujaran. Pada umumnya menyimak ekstensif
dapat dipergunakan bagi dua tujuan yang berbeda.
Menyimak ekstensif dapat
pula memberi kesempatan dan kebebasan bagi para siswa mendengar dan menyimak
butir-butir kosa kata struktur-struktur yang masih asing atau baru baginya yang
terdapat dalam arus ujaran yang berada di dalam jangkauan dan kapasitasnya
untuk menanganinya.
Guru sendiri merupakan
sumber modal dalam bercerita. Karena salah satu dari tujuan menyimak ekstensif
adalah menyajikan kembali bahan lama dengan cara baru, maka kerap kali baik
sekali bila hal ini dilakukan dengan pertolongan pita-pita otentik yang merekam
pembicaraan dalam masyarakat.
a. Menyimak Sosial
Menyimak sosial (social
listening) atau menyimak konvetsasional (conversational listening) atau pun
menyimak sopan (courtcous listening) biasanya berlangsung dalam situasi-situasi
sosial tempat orang-orang mengobrol atau bercengkerama mengenai hal-hal yang
menarik perhatian semua orang yang hadir dan saling mendengarkan satu sama lain
untuk membuat respons yang wajar, mengikuti hal-hal yang nenarik, dan
memperlihatan perhatian yang wajar terhada apa-apa yang dikemukakan.
Dengan perkataan lain dapat dikemukakan bahwa menyimak sosial paling sedikit mencakup dua hal, yaltu:
1) Menyimak secara sopan
santun dan dengan penuh perhatian terhadap percakapan atau obrolan dalam
situasi-situasi sosial dengan suatu maksud.
2) Menyimak serta memahami
peranan-peranan pembicara dan menyimak dalam proses komunikasi tersebut.
Orang-orang yang dapat
menaati kedua hal tersebut di atas dikata kan sebagai anggota-anggota
masyarakat yang baik.
b. Menyimak Skunder
menyimak sekunder (secondary
listening) adalah sejenis kegiatan yang menyimak secara kebetulan (casual
listening) dan secara ekstensif (extensive listening). Berikut ini kita berikan
dua buah contoh.
a) Menyimak pada musik yang
mengiringi ritme-ritme atau tari-tarian rakyat di sekolah dan pada acara-acara
radio yang terdengar sayup-sayup sementara kita menulis surat pada seorang
teman di rumah.
b) Menikmati musik sementara
ikut berpartisipasi dalam kegiatan tertentu di sekolah seperti melukis, hasta
karya tanah liat, membuat sketsa, dan latihan menulis indah.
c. Menyimak Estentik
Menyimak estetik (aesthetic
listening) ataupun yang disebut menyimak apresiatif (appreciational listening)
adalah fase terakhir kegiatan menyimak kebetulan dan termasuk ke dalam menyimak
ekstensif, mencakup:
a) Menyimak musik, puisi,
pembacaan bersama, atau drama radio dan rekaman-rekaman.
b) Menikmati cerita, puisi
teka-teki gemerencing irama dan lakon-lakon yang dibacakan atau diceritakan
oleh guru, siswa, atau aktor.
d. Menyimak Pasif
Cara yang seolah-olah tidak
memerlukan upaya bagi anak-anak dari sejumlah penduduk pribumi mempelajari
bahasa asing dapat disebut sebagai menyimak pasif (passive listening). Yang
disebut menyimak pasif adalah penyertaan suatu ujaran tanpa upaya sadar yang
biasanya menandai upaya-upaya kita pada saat belajar dengan kurang teliti,
tergesa-gesa, menghafal luar kepala, berlatih santai, serta menguasai sesuatu
bahasa. Sebenarnya otak kita bukan main aktifnya dalam mendaftarkan
bunyi-bunyi, bau-bauan, dan bentuk-bentuk, rupa-rupa, walaupun pada saat kita
seola mengarahkan perhatian pada hal lain, bahkan pada saat kita tidur nyenyak.
Kalau kita tahu bahwa tanpa
upaya sadar pun otak kita dapat berbuat banyak dalam menguasai suatu bahasa
asing maka kita akan dapat memetik keuntungan dari sumber yang tersembunyi ini.
Kita hendaknya memberi kesempatan kepada otak kita untuk bekerja seefisien
mungkin. atau melakukan hal ini maka kita perlu mempergunakan teknik-teknjk
tertentu yang bermanfa antara lain :
a. Berilah otak dan telinga
kesempatan menyimak banyak-banyak
b. Tenang dan santailah
c. Jangan memasang rintangan
bagi bunyi
d. Berikanlah waktu yang
cukup bagi telingan dan otak
e. Berilah kesempatan bagi
otak dan telinga bekerja, sementara kita mengerjakan sesuatu yang lain
Keempat kegiatan menyimak
yang telah dibicarakan di atas – Menyiak sosial, Menyimak sekunder, Menyimak estetik
dan menyimak Pasif— kita masukak kedalam kelompok Menyimak ekstensif.
2.
MENYIMAK INTENSIF
Kalau menyimak ekstensif
lebih diarahkan pada kegiatan menyimak secara lebih bebas dan lebih umum serta
tidak perlu di bawah bimbingan langsung para guru, maka menyimak intensif
diarahkan pada suatu kegiatan yang jauh lebih diawasi, dikontrol terhadap satu
hal tertentu. Dalam hal ini haruslah diadakan suatu pembagian penting sebagai
berikut :
a) Menyimak intensif ini
terutama sekali dapat diarahkan pada butir –butir sebagai bagian dari program
pengajaran bahasa, atau
b) Terutama sekali dapat
diarahkan pada pemahan serta pengertian umum.
Jelas bahwa dalam butir
kedua ini makna bahasa secara umum sudah diketahui oleh para siswa.
Di samping itu, masih ada
faktor-faktor lain yang harus dipertimbangkan. Salah satu di antaranya adalah
formalitas bahasa, yaitu situasi tempatnya berada pada poros berikut ini:
slang — akrab — netral
—formal
Kebanyakan kelas sedikit
sekali mengingat latihan dan praktek dengan mempergunakan suatu jenis bahasa
selain daripada bahasa netral. Faktor lain yang juga harus dipahami adalah yang
menyangkut kecepatan pengutaraan: apakah itu suatu percakap yang cepat, atau
suatu ujaran yang diatur? Lebih jauh, apakah itu dipersiapkan dan dilalui ataukah
mendadak tanpa persiapan? Berapa orang ikut terlibat? Jelas bahwa semakin
banyak terlibat maka semakin sulit jadinyaa. Apak aksen si pembicara sudah
biasa didengar oleh para siswa? Aksen-aksen bahasa regional atau bahasa
kelompok sangat membingungkan siswa pada pendengaran pertama, bahkan bagi
beberapa siswa mencemaskan. Sekali lagi, kekurangakraban dengan faktor-faktor
ini benar dapat mengganggu pemahaman siswa terhadap makna bagian tersebut.
1) Menyimak Kritis
Menyimak kritis (critical
listening) adalah sejenis kegiatan menyimak yang berupa untuk mencari kesalahan
atau kekeliruan bahkan juga butir-butir yang baik dan berar dan ujaran seorang
pembicara dengan alasan-alasan yang kuat yang kuat yang dapat diterima oleh
akal sehat.
Secara agak teperinci kegiatan-kegiatan
yang tercakup dalam menyimak kritis adalah :
a) Memperhatikan
kebiasaan-kebiasaan ujaran yang tepat, kata, pemakaian kata, dan unsur-unsur
kalimatnya.
b) Menentukan alasan
“mengapa”
c) Memahami aneka makna
petunjuk konteks.
d) Membedakan fakta dan
fantasi, yang relevan dan yang tidak relevan
e) Membuat
keputusan-keputusan.
f) Menarik
kesimpulan-kesimpulan
g) Menemukan jawaban bagi
masalah tertentu.
h) Menentukan mana informasi
baru atau informasi tambahan bagi suatu topik.
i) Menafsirkan,
menginterpretasikan ungkapan, idiom, dan bahasa yang belum umum, belum lazim
dipakai.
j) Bertindak objektif dan
evaluatif untuk menentukan keaslian, kebenaran atau adanya prasangka atau
kecerobohan, kekurang telitian serta kekeliruan.
Empat konsep penting dalam
menyimak kritis adalah :
1) Penyimak harus yakin
bahwa sang pembicara telah mendukung serta mendokumentasikan masalah-masalah
yang meraka kemukakan
2) Penyimak mengharap agar
sang pembicara mengemukaka masalah-masalah khusus.
3) Penyimak mengharap agar
sang pembicara mendemonstrasikan keyakinannya pada suatu topik tertentu.
4) Pembicara harus percaya
dan menuntut dengan tegas agar sang pembicara bergerak dari hal-hal umum ke
hal-hal khusus.
2) Menyimak konsentratif
Menyimak konsentratif
(concentrative listening) sering juga disebut a study-type listening atau
menyimak yang merupakan sejenis telaah.
Kegiatan-kegiatan yang
tercakup dalam menyimak konsentratif ini adalah:
a) Mengikuti
petunjuk-petunjuk yang terdapat dalam pembicaraan.
b) Mencari dan merasakan
hubungan-hubungan, seperti kelas, tempat. kualitas, waktu, urutan serta
sebab-akibat.
c) Mendapatkan atau
memperoleh butir-butir informasi tertentu.
d) Memperoleh pemahaman dan
pengertian yang mendalam.
e) Merasakan serta menghayati
ide-ide sang pembicara, sasaran mau pun pengorganisasiannya.
f) Memahami urutan ide-ide
sang penibicara.
g) Mencari dan mencatat
fakta-fakta penting
3) Menyimak Kreatif
Menyimak kreatif (creative
listening) adalah sejenis kegiatan dalam menyimak yang dapat mengakibatkan
kesenangan rekonstruksi imajinatit para penyimak terhadap bunyi, penglihatan,
gerakan, serta perasaan-perasaan kinestetik yang disarankan atau dirangsang
oleh apa-apa yang disimaknya.
4) Menyimak Eksploratif
Menyimak eksplorasif. menyimak
yang bersifat menyelidik atau exploratory listening adalah sejenis kegiatan
menyimak intensif dengan maksud dan tujuan menyelidiki sesuatu lebih terarah
dan lebih sempit.
Dalam kegiatan menyimak
seperti ini sang penyimak menyiagakan perhatian untuk menjelajahi serta
menemukan :
a) Hal-hal baru yang menarik
perhatian.
b) Informasi tambahan
mengenai suatu topik
c) Isyu, pergunjingan, atau
buah mulut yang menarik.
5) Menyimak Interogatif
Menyimak interogatif
(interrogative listening) adalah sejenis kegiata menyimak intensif yang
menuntut lebih banyak konsentrasi dan seleksi, pemusatan perhatian dan
pemilihan butir-butir dari ujaran sang pembicara karena sang penyimak akan
mengajukan sebanyak pertanya
Dalam kegiatan menyimak
interogatif ini sang penyimak mempersempit serta mengarahkan perhatiannya pada
pemerolehan informasi dengan cara menginterogasi atau menanyai sang pembicara.
6) Menyimak Selektif
Ciri-ciri keaktifan atau
aktivisisme yang khas tidak membiarkan kita untuk berpuas hati mempergunakan
teknik atau cara pasif itu walaupun misalnya kita mempunyai kondisi-kondisi
ideal untuk berbuat sedemikian rupa
Beberapa bahasa menuntut
adaptasi atau penyesuaian tertentu tenhadap aturan prosedur yang disarankan
berikut ini, tetapi bagi sebagian terbesar ciri-ciri bahasa yang berurutan ini
hendaklah disimak secara selektif dalam urutan sebagai berikut ini :
a. Nada suara
Banyak orang beranggapan
bahwa mereka tidak dapat menyimak pada suatu bahasa sampai mereka mengerti
kata-kata tetapi sesudah itu kegiatan menyimak terlalu terlambat.
Bila dengan menyimak secara
secukupnya seseorang menjadi insaf dan tahu secara sadar atau tidak sadar akan
perbedaan-perbedaan yang bermakna, dan dapat menirunya serta mengucapkannya
kembali, maka itulah semua yang dibutuhkan oleh pemakai praktis suatu bahasa.
b. Bunyi-Bunyi Asing
seseorang menyimak secara
selektif pada aneka vaniasi nada suatu bahasa yang biasanya memakan waktu palin
seminggu atau lebih, maka bunyi-bunyi asing tertentu. baik konsonan ataupun
vokal tertentu sangat menanik perhatiannya.
Sesungguhnya, kita bahkan
tidak mengetahui bagian-bagian mulut kita yang mana yang telah bergerak. Semua
kegiatan yang amat tratur rapi ini dikendalikan oleh otak kita, yang dapat kita
katakan telah di pasang untuk menghubungkan tanda-tanda antara impresi-impresi
akustik dan mekanijsme-mekanisme penggerak yang terlibat atau ikut serta dalam
peniruan bunyi-bunyi itu.
c. Bunyi-Bunyi yang
Bersamaan
Dapat dikatakan bahwa
kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan dari bahasa-bahasa bersifat
sistematis. Bahasa-bahasa tidak lebih dari sistemis lambang yang amat rumit,
amat kompleks, dan haruslah merupakan sistem-sistem atau kita tidak akan pernah
dapat mengingatnya.
Bila kita terus menyimak
aneka perangkai bunyi yang bersamaan baik konsonan ataupun vokal maka kita
segera melihat bahwa disamping hal tersebut mempunyai bunyi-bunyi yang beraneka
ragam. sebenarnya terdapat sejumlah bunyi distuigtif yang amat terbatas dalam
beberapa bahasa hanya kira-kira selusin, dan dalam bahasa-bahasa lainnya
sekitar lima lusin, tetapi tanpa menghiraukan jumlahnya toh jauh lebih sedikit
daripada yang pertama sekali kita bayangkan.
d. Kata dan Fras-Frase
Bila seseorang mendengar
berulang kali koinbinasi-kombinasi yang terdiri atas lima atau enam suku kata,
maka agaknya ini merupakan frase Tetapi apakah kombinasi-kombinasi yang sering
muncul serupa itu merupakan kata atau frase sebenarnya tidaklah terlalu banyak
menarik perhatian atau menjadi urusan pelajaran bahasa. Anak-anak sudah barang
tentu tidak mengetahui perbedaan-perbedaan antara kata-kata dan frase-frase dan
juga kita tidak perlu membedakan kesatuan-kesatuan serupa itu tatkala kita
mulai berbicara. Salah satu dari frase-frase yang paling penting dalam menyimak
kata-kata secara selektif, atau menyimak frase -frase dan kalimat-kalimat
secara selektif, adalah mencoba memahami dari konteks apa makna yang
dikandungnya.
e. Bentuk-Bentuk
Ketatabahasaan
Dalam kebanyakan bahasa, apa
yang kita sebut “kata” itu tidak selalu muncul dan kelihatan dalam bentuk yang
sama. Kadang-kadang suatu imbuhan dilekatkan pada kata itu
sedangkan dalam kasus lain
kita mempunyai perbedaan yang sangat besar. Contoh dari bahasa Inggris:
god : went (bukan go-ed*)
good : better (bukan
good-er*)
Akan tetapi, apa pun
perubahan yang terjadi, kita perlu memperhatian kepadanya dengan jalan,
menyimak secara selektif pada perangkat-perangkat modifikasi tersebut. Apabila
kita mempelajari lebih banyak lagi struktur ketatabahasaan suatu bahasa, maka
hendaknya kita menyimak secara selektif pada setiap tipe ciri ketatabahasaan
seperti jenis kelamin, waktu, modus, bentuk, susunan kata, frase, klau Setiap
ciri ketatabahasaan, terutama sekali yang mungkin menimbulkan kesukaran pada
para pelajar, haruslah disimak secara selektif.
Tujuan
Menyimak
Kalau ada orang bertanya:
“Apa fungsi menyimak bagi Anda?’ maka secara praktis kita dapat menjawaban,
antara lain:
1) Saya menyimak untuk
memperoleh informasi yang ada hubungan atau sangkut-pautnya dengan pekerjaan
atau profesi saya.
2) Saya menyimak agar saya
menjadi lebih efektif dalam hubungan-hubungan antar pribadi dalam kehidupan
sehari-hari di rumah, di tempat bekerja, dan dalam kehidupan masyarakat.
3) Saya menyimak untuk
mengumpulkan data agar saya dapat membuat keputusan- keputusan yang masuk akal.
4) Saya menyimak agar dapat
memberikan responsi yang tepat terhadap segala sesuatu yang saya dengar.
Memang tujuan orang untuk
menyimak sesuatu itu beraneka ragam antara lain:
(1) Ada orang yang menyimak
dengan tujuan utama agar dia dapat memperoleh pengetahuan dan bahan ujaran sang
pembicara dengan perkataan lain, dia menyimak untuk belajar.
(2) Ada orang yang menyimak
dengan penekanan pada penikmatan terhadap sesuatu dari materi yang diujarkan
atau yang diperoleh atau dipagelarkan (terutama sekali dalam bidang seni);
pendeknya dia menyimak untuk menikmati keindahan audial.
(3) Ada orang yang menyimak
dengan maksud agar dia dapat menikmati apa-apa yang dia simak itu (baik-buruk,
indah-jelek, tepat-ngau logis-tak logis, dan lain-lain); singkatnya, dia
menyimak untuk mengevaluasi.
(4) Ada orang yang menyimak
agar dia dapat menikmati serta mennghargai apa-apa yang disimaknya itu
(misalnya: pembacaan cerita, pembacaan puisi, musik dan lagu, dialog, diskusi
panel, perdebataan). pendek kata orang itu menyimak untuk mengapresiasi materi
simakan.
(5) Ada orang yang nienyimak
dengan maksud agar dia dapat mengkomunikasikan ide-ide, gagasan-gagasan, maupun
perasaan-perasaannya kepada orang lain dengan lancar dan tepat. Banyak contoh
ide yang dapat diperoleh dari sang pembicara dan semua itu merupakan bahan
penting dan menunjangnya dalam mengkomunikasik ide-idenya sendini.
(6) Ada pula orang yang
menyimak dengan maksud dan tujuan agar dapat membedakan bunyi-bunyi dengan
tepat; mana bunyi yang membedakan arti (distingtif) mana bunyi yang tidak
membedakan anti; biasanya ini terlihat nyata pada seseorang yang sedang belajar
bahasa asing yang asyik mendengarkan ujaran pembicara asli (native speaker).
(7) Ada lagi orang yang
menyimak dengan maksud agar dia dapat memecahkan masalah secara kreatif dan
analisis, sebab dari sang pembicara dia mungkin memperoleh banyak masukan
berharga.
(8) Selanjutnya ada lagi orang
yang tekun menyimak sang pembicara untuk meyakinkan dirinya terhadap suatu
masalah atau pendengaran yang selama ini dia ragukan; dengan perkataan lain,
dia menyimak secara persuasif.
Dari uraian di atas dapatlah
kita tarik kesimpulan bahwa pada dasarnya “menyimak” itu dapat kita pandang
dari berba segi misalnya sebagai sarana, sebagai suatu keterampilan
berkomunikasi, sebagai seni, sebagai proses, sebagai suatu responsi, dan
sebagai pengalaman kreatif. Dengan perkataan lain hakikat menyimak itu mencakup
keenam aspek tersebut.
Sunarti, dan Anggraini, Deri. 2009. Bahan
Ajar Mata Kuliah Bahsa Indonesia 3 Keterampilan Berbahasa Indonesia.Yogyakarta.
PGSD FKIP Universitas PGRI Yogyakarta
Dikembangkan dan diulas kembali oleh:
Trisni Kurniasih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar