MENYIMAK
Menyimak
adalah kegiatan mendengarkan lambang–lambang lisan yang dilakukan dengan
sengaja, penuh perhatian disertai pemahaman, apresiasi dan interpretasi untuk
memperoleh pesan, informasi, memahami makna komunikasi, dan merespons yang
terkandung dalam lambang lisan yang disimak. (Tarigan, 2008:29).
Berdasarkan
teori pembelajaran menyimak dilaksanakan secara terpadu dan mendapat perhatian
yang sama dengan keterampilan berbahasa lain. Namun, dalam pembelajaran di
Sekolah Menengah Pertama, hal tersebut belum terlaksana dengan baik.
Pembelajaran menyimak masih kurang mendapat perhatian dan seringkali diremehkan
oleh siswa maupun guru. Mereka beranggapan bahwa semua orang yang normal pasti
dapat menyimak dan kemampuan menyimak akan dikuasai oleh siswa secara otomatis.
Pandangan seperti ini seharusnya dihilangkan. Kemampuan menyimak untuk
memperoleh pemahaman terhadap wacana lisan tidak akan terbentuk secara otomatis
atau hanya dengan perintah supaya mendengarkan saja (Subyantoro dan Hartono
2003:1).
Dalam
kenyataan yang terjadi di kelas, guru menghadapi siswa yang sulit memahami
materi pelajaran yang sudah dijelaskan. Salah satu faktor yang menjadi
penyebabnya adalah sebagian siswa didik masih mengalami kesulitan dalam
menyimak. Masalah tersebut dapat diatasi dengan pembelajaran menyimak yang
benar dan latihan yang kontiniu karena suatu keterampilan hanya dapat diperoleh
dan dikuasai dengan jalan praktik dan banyak latihan (Tarigan, 1994:2).
HAKIKAT
MENYIMAK
Hakikat
menyimak berhubungan dengan mendengar dan mendengarkan, Subyantoro dan Hartono
(2003:1–2) menyatakan bahwa mendengar adalah peristiwa tertangkapnya rangsangan
bunyi oleh panca indera pendengaran yang terjadi pada waktu kita dalam keadaan
sadar akan adanya rangsangan tersebut, sedangkan mendengarkan adalah kegiatan
mendengar yang dilakukan dengan sengaja, penuh perhatian terhadap apa yang
didengar, sementara itu menyimak pengertiannya sama dengan mendengarkan tetapi
dalam menyimak intensitas perhatian terhadap apa yang disimak lebih ditekankan
lagi.
Dari
pengertian menyimak yang di kemukakan oleh Subyantoro dan Hartono (2003) terlihat bahwa kegiatan mendengar dan
mendengarkan tercakup dalam kegiatan menyimak. Selain itu, menyimak memiliki
tingkatan lebih tinggi dari mendengar dan mendengarkan. Beberapa hakikat
menyimak dari berbagai pendapat yang ada yaitu :
a.
Anderson (dalam Tarigan 1994 : 28) Menyimak
adalah proses besar mendegarkan, mengenal, serta menginterpretasikan lambang–
lambang lisan. Menyimak dapat pula bermakna mendengarkan dengan penuh pemahaman
dan perhatian serta apresiasi (Russell & Russell; Anderson dalam Tarigan
1994:28).
b.
Tarigan (1994:28) menyatakan bahwa Menyimak
merupakan suatu proses kegiatan mendengarkan lambang lisan dengan penuh
perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi,
menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan
oleh sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.
Pengertian
lain menyimak menurut Akhadiah (dalam Sutari, dkk. 1998:19) ialah suatu proses
yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa mengidentifikasi,
menginterpretasikan, dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya.
Kemampuan menyimak dapat diartikan pula sebagai koordinasi komponen–komponen
kemampuan baik kemampuan mempersepsi, menganalisis maupun menyintesis
(Http//www.Ialf.edu/kipbipa /papers/ Iim Rahmina.doc.).
Tarigan
(1991:4) menyatakan bahwa menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan
mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menginterpretasi, menilai, dan
mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (1994:94) disebutkan bahwa menyimak adalah mendengarkan
(memperhatikan) baik–baik apa yang diucapkan atau dibaca orang.
Tarigan
(dalam Sutari, dkk. 1997 : 117–118) mengemukakan beberapa alasan yang
menyebabkan pembelajaran menyimak belum terlaksana dengan baik, yaitu:
1. Pelajaran
menyimak relatif baru dinyatakan dalam kurikulum sekolah.
2. Teori, prinsip, dan generalisasi mengenai
menyimak belum banyak diungkapkan.
3. Pemahaman terhadap apa dan bagaimana menyimak
itu masih minim.
4. Buku teks dan buku pegangan guru dalam
pembelajaran menyimak sangat langka.
5. Guru–guru
bahasa Indonesia kurang berpengalaman dalam melaksanakan pengajaran menyimak.
6. Bahan
pengajaran menyimak sangat kurang.
7. Guru–guru
bahasa Indonesia belum terampil menyusun bahan pengajaran menyimak.
8. Jumlah
murid per kelas terlalu besar.
TUJUAN
MENYIMAK
Menurut Logan (dalam Tarigan
1994:56) tujuan menyimak beraneka ragam antara lain sebagai berikut :
a.
Menyimak untuk belajar, yaitu menyimak dengan
tujuan utama agar dia dapat memperoleh pengetahuan dari bahan ujaran sang
pembicara.
b.
Menyimak untuk memperoleh keindahan audial,
yaitu menyimak dengan penekanan pada penikmatan terhadap sesuatu dari materi
yang diujarkan atau yang diperdengarkan atau dipagelarkan (terutama dalam
bidang seni).
c.
Menyimak untuk mengevaluasi, yaitu menyimak
dengan maksud agar si penyimak dapat menilai apa-apa yang disimak itu
(baik-buruk, indah-jelek, tepat-ngawur, logis-tak logis, dan lain-lain).
d.
Menyimak untuk mengapresiasi simakan, yaitu
menyimak dengan maksud agar si penyimak dapat menikmati serta menghargai apa-apa
yang disimaknya itu (pembacaan cerita, pembacaan puisi, musik dan lagu, dialog,
diskusi panel, perdebatan).
e.
Menyimak untuk mengkomunikasikan ide-idenya
sendiri, yaitu menyimak dengan maksud agar si penyimak dapat mengkomunikasikan
ide-ide, gagasan-gagasan, maupun perasaan-perasaannya kepada orang lain dengan
lancar dan tepat.
f.
Menyimak untuk membedakan bunyi-bunyi, yaitu
menyimak dengan maksud dan tujuan agar si penyimak dapat membedakan bunyi-bunyi
dengan tepat mana bunyi yang membedakan arti (distingtif) dan mana bunyi yang
tidak membedakan arti. Biasanya ini terlihat nyata pada seseorang yang sedang
belajar bahasa asing yang asyik mendengarkan ujaran pembicara asli (native
speaker).
g.
Menyimak untuk memecahkan masalah secara
secara kreatif dan analisis, sebab dari sang pembicara dia mungkin memperoleh
banyak masukan berharga
h.
Menyimak untuk meyakinkan, yaitu menyimak
untuk meyakinkan dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini
diragukan oleh si penyimak ragukan; dengan perkataan lain, dia menyimak secara
persuasif.
MANFAAT
MENYIMAK
Menurut Setiawan (dalam
Darmawan 2001:11–12) manfaat menyimak ada banyak antara lain sebagai berikut.
a.
Menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman
hidup yang berharga bagi kemanusiaan sebab menyimak memiliki nilai informatif
yaitu memberikan masukan–masukan tertentu yang menjadikan kita lebih
berpengalaman.
b.
Meningkatkan intelektualitas serta
memperdalam penghayatan keilmuan dan khazanah ilmu kita.
c.
Memperkaya kosakata kita, menambah
perbendaharaan ungkapan yang tepat, bermutu, dan puitis. Orang yang banyak
menyimak komunikasinya menjadi lebih lancar dan kata–kata yang digunakan lebih
variatif.
d.
Memperluas wawasan, meningkatkan penghayatan
hidup, serta membina sifat terbuka dan obyektif.
e.
Meningkatkan kepekaan dan kepedulian sosial.
f.
Meningkatkan citra artistik jika yang kita
simak itu merupakan bahan simakan yang isinya halus dan bahasanya. Banyak
menyimak dapat menumbuh suburkan sikap apresiatif, sikap menghargai karya atau
pendapat orang lain dan kehidupan ini serta meningkatkan selera estetis kita.
g.
Menggugah kreativitas dan semangat mencipta
kita untuk menghasilkan ujaran–ujaran dan tulisan–tulisan yang berjati diri.
Jika banyak menyimak, kita akan mendapatkan ide–ide yang cemerlang dan segar,
pengalaman hidup yang berharga. Semua itu akan mendorong kita untuk giat
berkarya dan kreatif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar